OLEH :
NAMA : ROMI ANDRIAN
NIM : 09C10432053
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan dan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi telah berjalan dengan sangat pesat. Berbagai
kemudahan memperoleh informasi dari berbagai penjuru dunia dalam hitungan
detik, yang pada “zaman batu” dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin, kini
telah menjadi kenyataan. Dengan teknologi yang luas ini hanyalah sebuah desa
yang global yang kecil, through ICT this big world aglobal little
village. Dalam dunia pendidikan teknologi informasi akan
memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan
semakin tingginya kebutuhan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teknologi sebenarnya merupakan
penerapan ilmu pengetahuan untuk mengungkap aspek kehidupan manusia atau isi
alam semesta. Makanya biasa pula dipakai terminologi ilmu dan teknologi (sience
and technology). Segala sesuatu yang tak diketahui wujudnya bisa dijadikan
sesuatu yang diketahui (unconcealment). Itulah makna tekhnologi: memunculkan,
membuat diketahui, melakukan penampakan bagi sesuatu yang tersembunyi
(revealing, bringing forth which is hidden or something unknown to us)[1]. Akan tetapi, kemajuan dunia barat saat
ini dalam pengetahuan akan iptek tak lepas dari peranan para ilmuan Islam yang
ada pada abad pertengahan.
Rasanya hampir semua rakyat
Indonesia mempunyai kesadaran bahwa teknologi barat itu memang jauh lebih
unggul daripada teknologi Indonesia. Namun hendaknya kesadaran itu tidak
terbatas pada yang menyangkut produk seperti radio, obat, sampai pesawat. Juga
teknologi yang berkaitan dengan informatika, tepatnya teknologi yang berkaitan
dengan kerahasiaan seputar hasil penelitian teknologi warganya. Mengapa
kesadaran ini penting ? Tiada lain agar kita semakin sadar bahwa teknologi yang
diperoleh dari barat itu hanya kulitnya saja, sementara isinya nggak akan
dikasih tahu.
Salah satu fungsi utama dari ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah mempermudah hidup manusia. Akan tetapi, dalam
pengaplikasinnya dalam kehidupan nyata banyak terjadi penyimpangan dan
penyelewengan di dalamnya. Padahal antara sains dan teknologi terdapat keterkaitan
yang erat kepada kelangsungan kehidupan pada alam semesta. Banyaknya tindak
penyalahgunaan yang dikarenakan semakin bertambahnya jumlah kebutuhan manusia
yang mesti dipenui membuat sekelompok para ahli menggunakanya untuk kepentingan
dan tujuan tertentu. Sains dan teknologi yang diajarkan Islam bukanlah hal yang
demikian, karena dalam Al-Qur’an sendiri telah jelas dijelaskan bahwa
kelangsungan teknologi dan sains adalah harus digunakan sebaik-baiknya untuk
kepentingan manusia dan makhluk-Nya.
Namun ada jasanya yang sangat besar
bagi manusia karena membawa kesejahteraan dan hikmah. Akan tetapi, teknologi
yang sangat maju saat ini juga membawa kesukaran, bahkan malapetaka. Nyaris
semua bidang kehidupan kita bergantung pada hasil teknologi. Maka terjadilah
dehumanisasi, mengasingkan manusia dari dirinya sendiri sebagai makhluk
berpikir kreatif.
B. TUJUAN
Dengan
adanya makalah ini harapan kami agar pembaca lebih mengetahui tentang teknologi
barat dan dampak serta penanggulangannya, untuk itu kita dapat mengetahui mana
yang baik dan kurang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Teknologi
Perkembangan teknologi berlangsung
secara evolutif. Sejak zaman
Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah
nampak berorientasi ke
bidang teknologi. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah
"techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang
berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau
pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Istilah teknologi
sendiri untuk pertama kali dipakai oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah
buku berjudul Teknologi: Diskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology:
A Description Of The Arts, Especially The Mechanical).[2]
Sesungguhnya tak ada seorang pun
manusia yang dapat melepaskan diri dari pengaruh teknologi. Setiap saat kita
semua bermesraan dengan teknologi. Pakaian yang kita kenakan adalah hasil iptek
yang mencengangkan: makanan dan air yang kita konsumsi semua melalui proses
iptek yang luar biasa runtut; kendaraan yang kita naiki, tanpa kecuali adalah
sosok iptek; tak ketinggalan kertas, buku dan pulpen yang kita pakai adalah
juga buah iptek. lptek ada di mana-mana. Ada di tiap kurun waktu dan hadir di
semua lokasi dan ruang.
Teknologi telah dimiliki manusia
sejak 1,7 juta tahun yang Ialu untuk membantu mereka dalam berburu dan
mengumpulkan makanan. Teknologi telah dikembangkan oleh manusia CroMagnon
puluhan ribu tahun Ialu ketika mereka mulai memanfaatkan api dan berbagai
peralatan tersebut dari batu. Teknologi juga telah dikembangkan oleh manusia di
lembah Tigris, Euphrat dan Nil dalam bentuk pemanfaatan logam sekitar 6.000
tahun yang Ialu. Dengan kata lain, iptek telah ada sejak dulu dan bisa ditemui
di desa maupun di kota. Ada di negara kontinental dan ada pula di negara
kepulauan.[3]
Anehnya, sungguhpun teknologi dengan
ramahnya bergaul dengan kita, ia sering dinilai asing. Mengapa demikian? Salah
satu sebabnya, tampaknya, adalah karena ia sering melulu dipandang sebagai
"benda" yang "statis". Padahal selain bermakna benda,
teknologi juga berarti "metode" dan "cara" melakukan
sesuatu. Oleh karena itu teknologi selain bisa dinilai sebagai kata benda, ia
juga perlu dilihat sebagai kata kerja.
B. Iptek Islam dan Barat
Islam tidak pernah mengasingkan
sains. Sains menurut Encarta Encyclopedia ialah, “Systematized knowledge in any
field, but applied usually to the organization of objectively verifiable sense
experience.” Maksudnya, “Sains dalam skop yang luas bermaksud ilmu-ilmu yang
diperoleh secara sistematik berdasarkan pengalaman deria yang dapat dibuktikan
secara objektif.”[4] Salah satu tokoh Islam dalam sains
kedokteron adalah Al-Razi dan Ibnu Sina, yang teori-teorinya banyak digunakan
para ilmuan barat abad 19 hingga sekarang. Silsilah sains menunjukan asal-asul
yang rumit, mulai sejak bangsa Mesir dan Babilon yang ada sejak tiga ribu tahun
sebelum masehi yang merupakan perintis penelitian Yunani atau Helenis. Sebagai
umat muslim kita wajib hukumnya un tuk mencari ilmu pengetahuan baik itu agama
maupun umum.
Islam memberi kebebasan kepada para
saintis untuk mengkaji, namun ia menyadari keterbatasan intelek yang dimiliki
manusia. Justeru, sains Islam menjadikan wahyu sebagai sumber rujukan yang
tertinggi. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surah al-Jathiyah ayat 20,
“Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.” Sains dalam Islam ialah sains yang berkonsepkan tauhid. Sains dalam
Islam tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya.
Sains dalam Islam tunduk kepada al-Quran.
Dalam Islam, sains mempunyai tujuan.
Tujuan jangka pendek ialah mengenali hakikat kejadian alam serta manusia dan
memanfaatkan ilmu itu untuk kebaikan semua. Sebagai contoh, melalui sains kita
mengetahui bahwa seks kromosom lelaki menentukan kelamin seseorang bayi,
kejadian bayi bermula dengan bertemunya sperma lelaki dan ovum wanita. Namun
akhirnya yang menjadi keutamaan ialah tujuan jangka panjang yaitu mengagungkan
dan membesarkan Allah. Hal ini tergambar dalam surah al-Mukminun ayat 14 yang
bermaksud, “Kemudian Kami menjadikan benih nuthfah itu alaqah. Kemudian
daripada alaqah Kami jadikan mudghah. Kemudian daripada mudghah Kami jadikan
tulang dan Kami tutup tulang itu dengan daging. Kemudian Kami jadikannya
makhluk berbentuk lain. Maha suci Allah, sebaik-baik Pencipta.” Perhatikanlah
ayat ini dengan baik. Setelah Allah menceritakan fase-fase kejadian bayi (yang
dapat disahkan oleh sains), Allah mengakhiri ayat itu dengan ungkapan, “Maha
suci Allah, sebaik-baik Pencipta.”
Inilah Sains berkonsepkan tauhid
melahirkan metodologi atau pendekatan yang mengambil dasar syariat yang tidak
menghalang kreativitas dan inovasi kerana kebebasan untuk mengkaji telah pun
diberikan Islam berdasarkan sabda nabi yang bermaksud, “Kamu lebih tahu tentang
urusan duniamu.” Yang dituntut ialah kepatuhan kepada prinsip-prinsip syariat
yang akan mengindahkan sains. Sebagai contoh syariat mengutamakan nyawa
manusia. Justeru kajian sains dan teknologi yang terhasil daripadanya tidak
boleh digunakan untuk memusnahkan nyawa. Syariat juga melarang kemudaratan
dilakukan berdasarkan sabda nabi yang bermaksud, “Tidak boleh melakukan
kemudaratan dan tidak boleh membalas dengan kemudaratan.” Hadis ini
diriwayatkan oleh Imam Malik, Al-Hakim, Baihaqi dan Ibn Majah.
Di barat konsep yang merujukkan
sains kepada Tuhan, wahyu dan kuasa ghaib dikenali sebagai creationism. Kadang
kala ia dikenali juga sebagai intelligent design. Konsep-konsep ini ditolak
oleh ramai saintis di barat. Sebagai contoh, para saintis daripada Akademi
Sains Kebangsaan di Amerika (The U.S. National Academy of Sciences) menegaskan
bahawa “kenyataan yang menetapkan bahwa asal usul kehidupan ini ada perkaitan
dengan kuasa ghaib (supernatural intervention) tidak boleh dikatakan sebagai
sains.” Hal ini dinyatakan dalam Science and Creationism: A View from the
National Academy of Sciences, Second Edition, terbitan National Academy of
Sciences tahun 1999. Dalam kasus Kitzmiller lawan Dover Area School District
pada tahun 2005, sebuah mahkamah persekutuan di Amerika memutuskan mana-mana
sekolah yang mengajar sains dan mengaitkan kejadian kehidupan dengan kuasa
ghaib dan mengetepikan teori evolusi, ia dianggap telah melanggar perlembagaan
Amerika.[5]
C. Pengaruh Iptek dalam Kehidupan
dan Penanggulangannya
Apa pengaruh iptek dalam kehidupan
kita? Jawabannya banyak sekali. Perubahan satu paradigma iptek dapat
menyebabkan "revolusi" dalam semua bidang kehidupan: literatur,
ekonomi, seni, politik, arsitektur, sosial, dan religi. Iptek telah menyebabkan
kita tidak tergantung pada alam. Iptek telah membebaskan kita dari takhayul dan
memerdekakan kita dari berbagai hukum alam. Fenomena gerhana bulan bagi yang
mengetahui iptek tidak lagi menyeramkan. Bagi yang menguasai iptek, hukum alam
itu dapat dikontrolnya. Air yang hukumnya selalu mencari tempat yang lebih
rendah dapat dibuat mampu memanjat ke gedung bertingkat seratus. Benda berat
seperti besi yang hukumnya harus jatuh ke bumi dapat dibuat mampu terbang dan
membawa ratusan manusia. Barang yang memiliki berat jenis lebih besar dari air
yang kodratnya akan tenggelam, kini dapat diapungkan. Dengan teknologi, hujan
dapat dibuat, gempa dapat diprediksi, cuaca dapat diprakirakan. Teknologi telah
memerdekakan manusia dari alam, dan ia punya potensi untuk memerdekakan manusia
dari sesamanya.
Perubahan mendasar dalam iptek akan
membawa perubahan mendasar dalam semua bidang kehidupan. Selama 2000 tahun
kosmologi Aristotelian telah mewarnai sistem politik, sosial, ekonomi dan
bidang kehidupan lainnya. Sistem Aristotelian yang menggambarkan jagad ini bak
sebuah bola kristal yang luar biasa besamya, dengan bumi di tengah-tengah dan
planet-planet mengitarinya, di mana manusia dan makhluk lainnya telah
dilahirkan dalam hirarki yang tak dapat ditolak, membawa implikasi munculnya
sistem sosial yang sangat kurang demokratis menurut ukuran kini; ada kasta
misalnya, dan itu diterima dengan ikhlas. Tapi, munculnya Galileo telah
meruntuhkan "kebenaran" yang dipercayai selama dua millenium itu.
Bersamaan itu ia juga meruntuhkan sistem sosial yang selama ini dianut oleh
masyarakat, terutama yang hidup di Amerika dan Eropa. Sejak era Galileo,
pandangan hidup (world view) kita berubah. Jagad tidak lagi dipandang statis
tapi dinamis, bumi bukanlah pusat jagad tetapi sebagian kecil daripadanya.
Pandangan ini tak ayal lagi merombak sistem berpikir manusia, memperluas
wawasan dan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Sistem sosial-politik
berubah menjadi lebih terbuka. Banyak nilai-nilai lama yang runtuh dan
tergantikan.
Namun kemajuan sains barat tidak
diiringi dengan moral dan etika yang bersahabat dengan kehidupan sekitar.
Sehingga terjadinya kebobrokan moral dari para ilmuan yang mengembangkan sains
dan teknologinya. Sedang bahaya dari sains dan teknologi barat adalah banyaknya
eksplorasi yang melampaui batas sehingga membawa dampak buruk bagi
keterlangsungan kehidupan. Kesemuanya itu membawa kemanusiaan kepada kondisi
yang memprihatinkan. Bahkan para ilmuan barat telah menjadikan sains dan
teknologi melebihi dari agama, moral, dan etika hukum yang beraku. Pada
prakteknya sains modern zaman sekarang ini telah banyak menyimpang dari ajaran
dan nilai-nilai agama. Karena jika seseorang mempelajari suatu ilmu pengetahuan
tanpa didasari dengan nilai dan etika ajaran agama, maka bisa jadi dalam
prakteknya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mengkhawatirkan.
Pada abad 21 ini juga, penderitaan
umat manusia bertambah parah, baik di negara-negara maju maupun di negara yang
sedang membangun dan terbelakang. Peperangan demi peperangan yang meletus di
beberapa bagian dunia telah menambah penderitaan masyarakatnya. Peperangan yang
dipaksakan di Bosnia adalah sebuah contoh nyata. Pasukan Serbia dengan kekuatan
militer canggih yang diwarisinya dari bekas negara Yugoslavia telah berlaku
sewenang-wenang menghapuskan etnis Muslim Bosnia yang tidak memiliki
kelengkapan militer. Mereka telah membunuh Muslim Bosnia, tanpa memperdulikan
lelaki, wanita, orang tua ataupun anak-anak. Mereka telah memperkosa
beramai-ramai wanita-wanita Bosnia sebagai salah satu strategi peperangan. Di
Bosnia, kelihatan dengan jelas kekejaman manusia di abad moden yang dilakukan
oleh mereka yang mengaku dirinya memiliki peradaban. Namun anehnya,
negara-negara maju hanya memperhatikan saja pembantaian Muslim Bosnia. Mereka
tidak melakukan pembelaan sebagaimana mereka membela Kuwait ketika perang
Teluk.[6]
Walau bagaimanapun, perlombaan dalam
menciptakan sains-teknologi moden yang canggih telah mewarnai kehidupan dunia
masa kini. Para saintis dan teknologi berlumba menghasilkan penemuan-penemuan
yang memudahkan kehidupan manusia. Namun di antara itu telah muncul pula
teknologi yang mengerikan manusia, terutama teknologi persenjataan.
Negara-negara maju telah berlumba dengan penuh kegilaan untuk menghasilkan
secanggih-canggihnya senjata pemusnah kehidupan manusia dan lingkungan hidup.
Kemudian mereka memasarkannya kepada negara-negara lain, yang akhirnya akan
memusnahkan kehidupan manusia. Laporan-laporan terkini yang menginformasikan
tentang kecanggihan senjata pemusnah ini mendirikan bulu roma setiap orang.
Bagaimana tidak, hanya dengan beberapa gram nuklear, dunia dapat hancur
berkeping-kepingan. Demikian pula telah banyak muncul ilmu yang bertentangan
dengan moral manusia.
Hasilnya, keadaan dunia pada abad 21
ini telah melahirkan kebimbangan, kecemasan dan ketakutan setiap orang yang
memiliki hati nurani dan mencintai keadilan. Tanda-tanda kehancuran dunia
semakin nyata baik di laut, darat dan udara, misalnya dengan terkikisnya
lapisan ozon, meningkatnya suhu bumi, semakin tingginya air laut, semakin
tercemarnya udara dan air, semakin turunnya kualitas lingkungan, semakin
liarnya perilaku manusia, semakin seringnya terjadi bencana alam dan
peristiwa-peristiwa menakutkan lainnya. Jika keadaan seperti ini dibiarkan
terus berlaku, maka tidak diragukan lagi bahwa dunia sedang menuju jurang
kehancuran global yang akan memusnahkan semua kehidupan di alam raya ini.
Ada beberapa cara untuk
menanggulangi pengaruh iptek terhadap lingkungan hidup diantaranya yaitu:
Pelestarian lingkungan hidup adalah
usaha untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan
dan / atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
a. Usaha Pelestarian Tanah dan Hutan
Usaha yang dilakukan dalam pelestarian tanah, antara lain melalui tata guna
lahan, penggunaan pupuk, dan pembuatan terasering. Usaha pelestarian
hutan, antara lain melalui peraturan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), reboisasi,
dan penghijauan.
b. Usaha Pelestarian Sumber Daya Air
Pelestarian sumber daya air dilakukan dengan cara pencegahan pengamatan
pintu-pintu air, pengurangan perusakan air, penyediaan peresapan air, dan usaha
penghematan air. Upaya untuk mengurangi pencemaran sungai dilakukan melalui
Program Kali Bersih (Prokasih), seperti terhadap Sungai Ciliwung, Bengawan
Solo, Citarum, dan sebagainya.
c. Usaha Pelestarian Sumber Daya
Udara Pencegahan pencemaran udara dilakukan terhadap pabrik-pabrik dengan
melakukan penyaringan terhadap pembuangan gas. Juga digalakkan penanaman di
jalur hijau jalan raya dan hutan kota sebagai paru-paru kota, wilayah yang
padat kendaraan bermotor, diadakan uji emisi buangan gas berkala terhadap
setiap kendaraan bermotor.
d. Usaha Pelestarian Keanekaragaman
Hayati Selain mengupayakan pelestarian hutan, usaha pelestarian keanekaragaman
hayati berarti juga melestarikan beberapa varietas asli tanaman.[7]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu
yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi
akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi
memang sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat
positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara
baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi
masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang
telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun manusia tiudak bisa menipu
diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif
bagi manusia.
B. Saran
Sebagai manusia biasa kami sadar bahwa
pembuatan makalah tentangTeknologi Barat dan Masalah Lingkungan Hidup serta
Penangulangannya ini masih jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT, dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk. Maka
dengan demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepan, kami
mohon sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amien….
DAFTAR PUSTAKA
A. Khabibi Aziz, Ichsan Nurakbar,
Taufik Hidayat, Makalah “Rahasia Kemajuan Barat Dalam Bidang
Sains dan Teknologi“, STAIN Cirebon, 2009
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas
Danial Zainal Abidin, Sains Islam dan Teknologi
Barat
Mohd.
Hishyamuddin Bin Kassim, Makalah Kegagalan Sains dan Teknologi Barat dalam
Peradaban Dunia, STAIN, 2009